‘Corona’ Give Me Time To Write Again

Hi guys, so long long long time no see. Welcome back to my blog. Hahaha.

Before all, gue mau mengucapkan terima kasih untuk kalian semua yang tetap membaca dan mengunjungi blog ini walau sudah lama sekali gue tidak mempost apapun dan bahkan jarang mengecek perkembangan blog ini. Sekali lagi, thank you for your kindness. Love you guys.

Okay, back to the topic.

Jadi dari title postingan ini tentu kalian sudah memahami kalau Corona yang sedang melanda seluruh dunia ini akhirnya menjadi salah satu alasan gue bisa menulis lagi, atau lebih jelasnya memiliki waktu luang di rumah untuk mengutarakan apa yang gue rasakan, menulis apa yang mau gue tulis, dan tentunya menghidupkan kembali blog gue yang telah lama sepi. Hahaha.

Gue mau cerita sedikit nih, guys.

Awalnya setelah beberapa bulan lulus dari bangku perkuliahan, gue yang ngosong dan gak ada kerjaan mendapat tawaran beasiswa ke China untuk melanjutkan study S2 atau master degree gue.

Kemudian gue cerita ke mama, dan minta pertimbangan apakah gue harus apply beasiswa ini atau nggak. Mama ataupun Papa gak ada sih yang melarang gue buat pergi, tapi kalo gue bisa menggambarkan raut wajah mereka, jelas banget ngasih tanda BIG NO, karena bahkan sejak gue lahir sampai sekarang umur gue 22 tahun, gue gak pernah pisah dari mereka untuk jarak yang jauh dan waktu yang lama atau setidaknya lebih dari 3 bulan. Pasti banyak khawatirnya. Akhirnya gue memutuskan untuk menolak tawaran itu, dan melihat temen – temen gue yang lain apply dan berangkat ke China untuk melanjutkan sekolahnya. Miris? Iya.

Setelah waktu berlalu, tiba – tiba gue mendengar soal virus Corona yang menjangkit China, mulai dari daerah Wuhan katanya. Mama dan Papa gue langsung bersyukur kepada Tuhan karena keputusan gue untuk tidak mengambil beasiswa itu. Katanya “Bisa pingsan Mama kalau kamu jadi  ke China, Ce.” Mendengar itu gue jadi bersyukur.

Makin meluas penyebaran virus Corona sampai akhirnya masuk ke Indonesia, dan menghebohkan semua orang. Masker diburu, dijual dengan harga mahal, handsanitizer pun juga begitu. Kalau kalian masih ingat gue pernah ceritakan, kalo gue tinggal di Provinsi Bengkulu, yang mana saat itu provinsi gue sempat menjadi satu – satunya provinsi di Sumatera yang belum ditemukan orang yang positive Covid-19. Bangga gue, masih aman. Eh, mendengar berita daerah tentang setidaknya seribu orang datang ke Bengkulu setiap harinya sejak Covid-19 ini menjangkit Indonesia, membuat gue mulai was – was hingga Mama pun ikut membeli banyak sabun cuci tangan untuk antisipasi. Dan terjadilah, kini Bengkulu pun masuk zona merah Covid-19.

Keadaan di Bengkulu sudah mulai sepi, hari ini, Minggu 5 April 2020. Walau masih banyak toko – toko di daerah pembelanjaan dan pasar yang masih beroperasi, tapi masyarakatnya sudah mulai menjaga diri untuk tetap di rumah aja. Walaupun Papa gue dan mungkin banyak orang lain di luar sana masih harus keluar rumah untuk bekerja. Restoran yang biasanya ramai juga mulai sepi pengunjung. Mall sudah tutup untuk beberapa hari, begitu pula dengan hotel.

Kita semua tentu memiliki rasa takut akan penyebaran Covid-19 yang semakin meluas menyerang masyarakat, hingga gue dan umat Katholik, juga Kristen yang lain terpaksa melaksanakan ibadah Masa Prapaskah dan Perayaan Paskah di rumah. Begitu pula kekhawatiran teman – teman lain akan ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang semakin dekat. Sampai kapan si Corona ini akan terus mengusik kehidupan kita?

Mungkin segitu dulu cerita kegelisahan gue akan Covid-19. Gue harap teman – teman semua bisa menjaga kesehatan dengan baik, seperti mengkonsumsi vitamin, rajin mencuci tangan dan jangan lupa memakai masker saat berada di luar rumah. Stay save semuanya. Sampai bertemu kembali.

Ayo sehat, lawan Corona!

Leave a comment